Bismillahirrahmanirrahiim,
Sahabat Al Falah,
Berikut Kisah Kyai Pelacur Bagian Kedua :
Berikut Kisah Kyai Pelacur Bagian Kedua :
Kyai Kota Malang
Lain lagi dengan seorang Kiai di dekat kota Malang. Kiai Mulana, sudah dikenal sebagai seorang kiai Thariqat dengan jama'ah ribuan. Suatu hari ia tertimpa gejala psikhologi yang begitu aneh: Rasa takut mati yang berlebihan. Selama enam bulan ia terus menerus menangis, seakan-akan Malaikat Maut membuntutinya. Ia juga heran kenapa harus takut mati?
Saking takutnya, Kiai Mulana mendatangi guru Mursyidnya. Dengan serta merta gurunya menyambut dengan sambutan yang cukup kontroversial. "Soal penyakitmu itu gampang obatnya. Mulai besok kamu pergi saja setiap hari ke komplek pelacuran!"
"Bagaimana pak Kiai ini, kok saya malah harus main-main dengan pelacur. Apakah ini tidak bertentangan dengan syari'at?" kata Kiai Mulana dalam hatinya. Belum sempat ia meneruskan fantasinya, gurunya sudah memotong:
"Dun!, Lihatlah mulutku ini!"
Begitu melihat mulut gurunya, yang tampak adalah lautan luas tak bertepi. Kyai Mulana hanya terperangah. Diam-diam ia menyesal. Kenapa soal-soal hakikat kehidupan harus ia pertanyakan lewat syariat kepada gurunya? Diam-diam pula hatinya menangis. Tapi juga muncul rasa ngeri, kenapa harus main-main dengan pelacur?
Tapi Kyai Mulana tidak mau membantah perintah gurunya. Pagi-pagi Kiai ini sudah menghilang dari rumahnya. Ia cari komplek pelacuran yang jauh dari daerahnya. "Jalan penyembuhan" ini ia lakukan hampir setiap hari, sampai pelacur seluruh komplek itu kenal benar dengan Kyai Mulana. Bahkan kadang, seharian penuh ia berada di tengah para perempuan penghibur itu, sambil mengingat-ingat, apakah rahasia dibalik perintah gurunya itu.
Suatu pagi, ketika ia datang ke komplek langganannya, tiba-tiba ada kakek-kakek tua, baru saja keluar dari sebuah kamar pelacur. Ia sangat kaget, melihat kakek yang sudah uzur, dan mendekati ajal itu, masih sempat ke komplek pelacuran. Bahkan dengan wajah berseri, riang gembira, layaknya anak muda, sang kakek penuh percaya diri layaknya anak muda.
"Iya, ya. Kakek ini sudah tua renta, kok tidak takut mati. Bahkan ia jalani kehidupan tanpa beban. Saya yang masih muda kok takut mati. Kualitas iman macam apa yang saya miliki ini?" katanya Kiai Mulana dalalam hati.
Dengan wajah terangguk-angguk, Kiai Mulana merasa mendapat pelajaran dari Kakek tua renta itu. Dan seketika pula rasa takut matinya hilang begitu saja. Sembuh!
***
Berlanjut ke Kisah Kyai Pelacur Bagian Ketiga