Bismillahirrahmanirrahiim,
Sahabat Al Falah,
Di tengah-tengah hiruk-pikuknya pemberitaan akhir-akhir ini yang berkaitan dengan dunia pendidikan di negara kita tercinta ini; khususnya pemberitaan tentang Tunjangan Profesi bagi guru yang (katanya) mau dihentikan serta pemberitaan sejenis lainnya (Honorer K2, K1 dll) yang juga ramai dibicarakan, pada kesempatan kali ini kami mencoba untuk membagikan sebuah berita tentang sosok "Oemar Bakri" yang sesungguhnya. Yakni sosok seorang pendidik yang, secara kebetulan bernama Umar. Namun Umar yang satu ini bukan sekedar Umar seperti halnya kita kenal melalui alunan lagu dari Sang Legendaris Iwan Fals yang hanya ada dalam angan-angan, dalam nyanyian, dalam slogan ataupun karangan semata. Umar yang satu ini tidak lain adalah Umar bin Hafidz atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Umar bin Salim Ibnu Hafidz.
Inilah sosok "Oemar Bakri" sesungguhnya yang sangat pantas menjadi suri tauladan yang wajib untuk ditiru oleh semua guru, pendidik, semua pemerhati dunia pendidikan. Sosok "Oemar Bakri"
yang satu ini sungguh sangat spesial oleh karena seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan pendidikan. Bahkan kepada seluruh anggota keluarga beliau pun selalu menanamkan nilai-nilai pengabdian yang sama sebagaimana Kisah Nyata dan Kesaksian di bawah ini ....
yang satu ini sungguh sangat spesial oleh karena seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan pendidikan. Bahkan kepada seluruh anggota keluarga beliau pun selalu menanamkan nilai-nilai pengabdian yang sama sebagaimana Kisah Nyata dan Kesaksian di bawah ini ....
Kesaksian Seorang Alumni atas Keluhuran Budi Keluarga AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ,
..............................................
Sumber Inspirasi yang Tiada Henti,
bagi "Oemar Bakri - Oemar Bakri" Masa Kini
..............................................
Syahdan,.
Selagi kami masih duduk di bangku pendidikan Daruz Zahro, suatu ketika putri beliau pernah menceritakan kepadaku, bahwa Guru Mulia Al-Habib Umar r.a selalu menanamkan pengertian kepada putra- putri beliau, yang isinya : "Darul Mustofa dan Daruz Zahro ini bukan lah kepunyaan kita , sekalipun ayah yang mendirikannya, tetapi sejatinya merupakan kepunyaan Kakek kita Rasulullah Saw beserta putri kecintaan beliau ibu kita Sayyidah Fatimah Az Zahro R.a , maka sekali2 kamu jangan berbuat seenaknya di dalamnya, harus tunduk dengan segala macam peraturannya, jangan memakan hak2 tamu Azzahro sebelum mereka semua telah habis makan kecuali sisa2 puing makanan dari mereka.. ingat !! peran kita di sini hanya sebagai pembantu , khodam dan pelayan yang melayani Rumah ini beserta tamu2nya"
Selagi kami masih duduk di bangku pendidikan Daruz Zahro, suatu ketika putri beliau pernah menceritakan kepadaku, bahwa Guru Mulia Al-Habib Umar r.a selalu menanamkan pengertian kepada putra- putri beliau, yang isinya : "Darul Mustofa dan Daruz Zahro ini bukan lah kepunyaan kita , sekalipun ayah yang mendirikannya, tetapi sejatinya merupakan kepunyaan Kakek kita Rasulullah Saw beserta putri kecintaan beliau ibu kita Sayyidah Fatimah Az Zahro R.a , maka sekali2 kamu jangan berbuat seenaknya di dalamnya, harus tunduk dengan segala macam peraturannya, jangan memakan hak2 tamu Azzahro sebelum mereka semua telah habis makan kecuali sisa2 puing makanan dari mereka.. ingat !! peran kita di sini hanya sebagai pembantu , khodam dan pelayan yang melayani Rumah ini beserta tamu2nya"
......................................................
saat itu jam istirahat , aku bertujuan hendak ke kamar kecil, tetapi aku melihat putri kecil itu duduk seorang diri di salah satu tangga Daruz Zahro sambil memegang perutnya, maka aku pun lantas menyempatkan diri menghampirinya dan bertanya "ada apa denganmu wahai putri mulia ??". Dengan polosnya ia menjawab bahwa ia dalam keadaan lapar sedari tadi, sebab sebelum pergi ke sekolah tidak sempat sarapan terlebih dahulu, khawatir terlambat ucapnya.
saat itu jam istirahat , aku bertujuan hendak ke kamar kecil, tetapi aku melihat putri kecil itu duduk seorang diri di salah satu tangga Daruz Zahro sambil memegang perutnya, maka aku pun lantas menyempatkan diri menghampirinya dan bertanya "ada apa denganmu wahai putri mulia ??". Dengan polosnya ia menjawab bahwa ia dalam keadaan lapar sedari tadi, sebab sebelum pergi ke sekolah tidak sempat sarapan terlebih dahulu, khawatir terlambat ucapnya.
Spontan aku membalas ucapannya dan berujar ؛ "mengapa yang mulia tidak mengambil sepotong roti di ruang makan Daruz Zahro saja?
Ia hanya menggeleng sambil tersenyum
"...atau pulang sebentar ke rumah mengambil sarapan" tawarku kembali ia pun tetap membalasnya dengan gelengan, aku semakin keheranan. Bukan kah engkau putri guru mulia kami ? Pemilik Daruz Zahro ini wahai yang mulia?
maka ia pun menceritakan pesan sang ayah untuk putra putri dan seluruh keluarga sebagaimana pembuka cerita di atas
maka ia pun menceritakan pesan sang ayah untuk putra putri dan seluruh keluarga sebagaimana pembuka cerita di atas
...terasa hancur lebur jiwaku mendengar pernyataan ini yang langsung ku dengar dari bibir mungil putri bungsu beliau ,Aku tercengang dan terkejut , ku rasakan sudut mataku mulai berembun ,hatiku bergetar mendengar penuturannya........
Tidak hanya sampai di situ putri kecil Sang Guru Mulia juga mengejutkanku dengan perkara lainnya Karena merasa kasihan dan tak tega, aku pun merogoh saku baju dan mengambil selembar uang ada di dalamnya ؛ " jika begitu ku mohon ambilah ini sebagai hadiah dariku , dan belilah sedikit makanan untuk mengganjal perut yang mulia "ucapku penuh harap sambil menyodorkan selembar uang itu ke hadapannya.
Ia tersenyum ramah, mata beningnya menatapku lembut dan ia menolak halus pemberianku dengan menggeleng gelengkan kepalanya , namun aku terus merayu dan memohon agar dia bersedia menerimanya, tetapi putri kecil guru mulia tetap bersikeras untuk tidak menerimanya dan terus memindahkan tangannya dari tanganku , melihat usahaku tiada henti , dengan polosnya ia berkata ؛
" Maafkan aku saudaraku .. bukannya menolak pemberianmu , dan ingin melukai perasaanmu , akan tetapi ayah mengajarkan kami untuk tidak memberatkan orang lain dan tidak berharap belas kasih manusia selain belas kasih Allah, simpanlah uang itu , kerna engkau lebih memerlukannya ketimbang aku , lagipula kalau ayahanda mengetahui pasti beliau tidak akan menyetujuinya .
tes... tes ... ku rasakan air mataku mulai berjatuhan di pipiku ,aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki: dengan jelas ku lihat kerudungnya nampak kumal ,pakaiannya pun terlihat lusuh , ia hanya menggunakan keresek putih untuk alat2 sekolahnya, kakinya penuh debu tanpa mengenakan sandal, aku terdiam terpaku tak mampu berkata sepatah-katapun sampai putri guru mulia berlalu dari hadapanku sambil berlari2 kecil dengan wajah yang tetap riang.
Aku menelan ludah susah payah gemetar jiwaku menatap bayangnya yang perlahan menghilang dari pandanganku......
" Maafkan aku saudaraku .. bukannya menolak pemberianmu , dan ingin melukai perasaanmu , akan tetapi ayah mengajarkan kami untuk tidak memberatkan orang lain dan tidak berharap belas kasih manusia selain belas kasih Allah, simpanlah uang itu , kerna engkau lebih memerlukannya ketimbang aku , lagipula kalau ayahanda mengetahui pasti beliau tidak akan menyetujuinya .
tes... tes ... ku rasakan air mataku mulai berjatuhan di pipiku ,aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki: dengan jelas ku lihat kerudungnya nampak kumal ,pakaiannya pun terlihat lusuh , ia hanya menggunakan keresek putih untuk alat2 sekolahnya, kakinya penuh debu tanpa mengenakan sandal, aku terdiam terpaku tak mampu berkata sepatah-katapun sampai putri guru mulia berlalu dari hadapanku sambil berlari2 kecil dengan wajah yang tetap riang.
Aku menelan ludah susah payah gemetar jiwaku menatap bayangnya yang perlahan menghilang dari pandanganku......
Setelah kepergiannya, hatiku pun bergetar hebat dan sejuta pertanyaan menggelayut dalam benakku. Ya Robb, pendidikan semacam apakah yang bisa membuat anak sebelia dia memiliki hati yang sedemikian mulia????
Setiap kali mencari jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut, yang kutemukan hanyalah tetesan air mata yang mengalir semakin deras..... sambil berderai air mata ku segerakan langkahku menuju kamar, dan sesampainya di sana kubenamkan kepalaku di bantal dan pecah tangisku seketika ,bagaimana tidak? jiwaku hancur lembur di hantam Akhlak mulia sebegitu luhur , benar benar kami ini murid yang tak tau diri , jauh kami merantau dari negeri kami hanya demi menimba ilmu serta mengambil keberkahan dari Guru Mulia beserta Sang Istri. Setiap malam kami tidur dengan nyenyak, tidak pernah sedikitpun kekurangan air dan makanan, bahkan kami menganggap tempat ini seperti rumah kami sendiri , terkadang kami berbuat semaunya , makan dengan kenyang dan menggunakan kipas Angin dan Ac serta fasilitas lain sepuasnya , akan tetapi di balik itu semua, ternyata guru mulia yang mendirikan tempat ini pun merasa tidak memilikinya dan tidak berlaku seenaknya.
hatiku benar benar serasa di cambuk rasa malu yang begitu dalam , teramat malu atas ketidak-tahuan kami ,atas sedikitnya perhatian dan kepedulian kami , Guru mulia beserta keluarga begitu memuliakan para pelajarnya melebihi penghormatan kami kepada beliau.....huhuhu.... aku terus saja menangis ....
Sampai akhirnya terdengar bel sebagai peringatan waktu istirahat segera berakhir. Aku pun menghentikan tangisanku dan menyeka air mata serta masih dengan mata yang sembab aku bangkit berdiri dan berniat untuk mengambil air wudhu. Saat melewati ruang makan Daruz Zahro, sungguh aku menyaksikan pemandangan yang kembali sangat membuat hatiku miris , ku lihat tangan mungil putri mulia sedang memunguti beberapa pecahan Roti yang tersisa dari bekas sarapan sebagian pelajar tadi pagi , melihatnya aku membuang pandangan karena tak sanggup menyaksikannya.
hatiku benar benar serasa di cambuk rasa malu yang begitu dalam , teramat malu atas ketidak-tahuan kami ,atas sedikitnya perhatian dan kepedulian kami , Guru mulia beserta keluarga begitu memuliakan para pelajarnya melebihi penghormatan kami kepada beliau.....huhuhu.... aku terus saja menangis ....
Sampai akhirnya terdengar bel sebagai peringatan waktu istirahat segera berakhir. Aku pun menghentikan tangisanku dan menyeka air mata serta masih dengan mata yang sembab aku bangkit berdiri dan berniat untuk mengambil air wudhu. Saat melewati ruang makan Daruz Zahro, sungguh aku menyaksikan pemandangan yang kembali sangat membuat hatiku miris , ku lihat tangan mungil putri mulia sedang memunguti beberapa pecahan Roti yang tersisa dari bekas sarapan sebagian pelajar tadi pagi , melihatnya aku membuang pandangan karena tak sanggup menyaksikannya.
Alhasil.....Kejadian demi kejadian yang aku alami pada hari itu sangat membekas di hatiku, sehingga aku merenungkannya selama beberapa hari lamanya. Dan semenjak itu aku jadi jarang ikut makan bersama dengan teman teman lainnya, kecuali menunggu mereka telah usai semua. Aku pun mulai bermujahadah melunturkan kesombongan yang ada dalam diriku , terkadang aku sengaja memakan roti yang sudah kering dan keras yang sudah ku hancurkan sebelumnya , atau memakan bekas2 nasi yang akan di buang , atau makan bersama kawan tetapi dengan suapan yang terbatas ketika kenyang hanya 3 suap jika memang dalam keadaan lapar hanya 9 suap semua itu sengaja ku lakukan agar diriku yang sangat payah ini dapat merasakan kerasnya menuntut ilmu tanpa memanjakan diri sedikitpun, Terlebih2 setiap mengingat kejadian di atas hatiku sangat malu terhadap Sang Guru, Kami merasa hanya sebagai seorang murid dan hanya menumpang di tempat ini, harusnya kami yang menjadi pelayan bukannya memanjakan diri terus menerus.
selain itu aku sering mendengar salah seorang putri tertua Guru mulia yang tak lain beliau salah satu dari guru kami di Daruz Zahro , jika hendak makan beliau selalu bertanya ؛ Apakah seluruh pelajar darzahro telah usai makan ?
jika semuanya telah makan maka beliau pun akan makan dari sisa kami namun jika ada yang belum maka beliau selalu menunggu , tak jarang bahkan beliau tidak mendapat bagian sama sekali. sering pula kami saat malam hari mendapat makanan sisa dari tamu2 guru mulia ,bukannya menyimpan untuk keluarga , beliau malah menyerahkan sisa makanan2 yang lezat tsb kepada para pelajarnya .
Sang Guru kecintaan kami , istri dari Guru mulia ,sering kali ku saksikan beliau memasak sendiri untuk para tamu dan untuk kami murid2nya pernah suatu hari beliau mengundang para pelajar untuk makan siang di rumah beliau, ketika kami datang ku lihat beliau bersama putri2 beliau begitu sibuk menyiapkan hidangan untuk kami , memasukkan Nasi ke dalam nampan, menganggkat nampan dan memberikannya kepada setiap lingkaran , setelah semua mendapat bagian baru lah sang guru menghampiri kami dengan wajah berseri2 terus menerus tersenyum seraya mempersilahkan kami mencicipi hidangan lalu beliau makan bersama kami , seusai makan kami mengkaji beberapa kitab yang di ajarkan langsung oleh sang Guru ketika sore menjelang usai pengajian kami di persilahkan kembali ke daruzzahro , maka kami bergantian bersalaman dengan sang Guru .. sebagian pelajar telah kembali yang tersisa hanya beberapa orang saja termasuk aku
seorang khaddam datang memberi tahukan kepada beliau bahwa beberapa di antara pelajar ada yang tidak ikut makan siang di sebabkan sedang berpuasa maka ku lihat seketika itu juga Sang Guru memerintahkan agar mengambil makanan yang tersisa untuk putra beliau Supaya di berikan kepada para pelajar yang berpuasa saja , dan tak segan2 beliau memberikan satu teko kopi jahe yang di buatkan khusus untuk beliau agar di bawa ke Daruz Zahro , tetua Daruz Zahro sempat menolak halus saat beliau memberikannya dan biarkan saja jatah putra beliau jangan di berikan beliau pun membalas ucapan tetua tsb ؛
bawa lah ini kepada mereka , aku sangat malu jika di antara mereka tidak makan di rumah kami , tak masalah bagi putraku nanti akan aku buatkan lagi makanan untuknya ,dan satu teko kopi ini apalah artinya di banding pahala memberi seteguk minum orang yang berbuka puasa , sungguh aku tak rela jika mereka kembali ke Daruz Zahro tidak mendapatkan hidangan apa pun ,kerna mereka adalah tanggung jawab kami di dunia dan akhirat.
Kami semua yang mendengar ucapan beliau tertunduk malu, terlebih-lebih aku, kekerasan jiwaku kembali di hantam oleh akhlak luhur yang maha dahsyat, lagi lagi aku meneteskan air mata, sangat terharu. Karena tidak hanya masa depan akhirat kami saja yang menjadi kepedulian beliau , bahkan keberadaan kami di Daruz Zahro beliau sangat peduli dan perhatian melebihi kepedulian dan perhatiannya kepada keluarganya sendiri.
selain itu aku sering mendengar salah seorang putri tertua Guru mulia yang tak lain beliau salah satu dari guru kami di Daruz Zahro , jika hendak makan beliau selalu bertanya ؛ Apakah seluruh pelajar darzahro telah usai makan ?
jika semuanya telah makan maka beliau pun akan makan dari sisa kami namun jika ada yang belum maka beliau selalu menunggu , tak jarang bahkan beliau tidak mendapat bagian sama sekali. sering pula kami saat malam hari mendapat makanan sisa dari tamu2 guru mulia ,bukannya menyimpan untuk keluarga , beliau malah menyerahkan sisa makanan2 yang lezat tsb kepada para pelajarnya .
Sang Guru kecintaan kami , istri dari Guru mulia ,sering kali ku saksikan beliau memasak sendiri untuk para tamu dan untuk kami murid2nya pernah suatu hari beliau mengundang para pelajar untuk makan siang di rumah beliau, ketika kami datang ku lihat beliau bersama putri2 beliau begitu sibuk menyiapkan hidangan untuk kami , memasukkan Nasi ke dalam nampan, menganggkat nampan dan memberikannya kepada setiap lingkaran , setelah semua mendapat bagian baru lah sang guru menghampiri kami dengan wajah berseri2 terus menerus tersenyum seraya mempersilahkan kami mencicipi hidangan lalu beliau makan bersama kami , seusai makan kami mengkaji beberapa kitab yang di ajarkan langsung oleh sang Guru ketika sore menjelang usai pengajian kami di persilahkan kembali ke daruzzahro , maka kami bergantian bersalaman dengan sang Guru .. sebagian pelajar telah kembali yang tersisa hanya beberapa orang saja termasuk aku
seorang khaddam datang memberi tahukan kepada beliau bahwa beberapa di antara pelajar ada yang tidak ikut makan siang di sebabkan sedang berpuasa maka ku lihat seketika itu juga Sang Guru memerintahkan agar mengambil makanan yang tersisa untuk putra beliau Supaya di berikan kepada para pelajar yang berpuasa saja , dan tak segan2 beliau memberikan satu teko kopi jahe yang di buatkan khusus untuk beliau agar di bawa ke Daruz Zahro , tetua Daruz Zahro sempat menolak halus saat beliau memberikannya dan biarkan saja jatah putra beliau jangan di berikan beliau pun membalas ucapan tetua tsb ؛
bawa lah ini kepada mereka , aku sangat malu jika di antara mereka tidak makan di rumah kami , tak masalah bagi putraku nanti akan aku buatkan lagi makanan untuknya ,dan satu teko kopi ini apalah artinya di banding pahala memberi seteguk minum orang yang berbuka puasa , sungguh aku tak rela jika mereka kembali ke Daruz Zahro tidak mendapatkan hidangan apa pun ,kerna mereka adalah tanggung jawab kami di dunia dan akhirat.
Kami semua yang mendengar ucapan beliau tertunduk malu, terlebih-lebih aku, kekerasan jiwaku kembali di hantam oleh akhlak luhur yang maha dahsyat, lagi lagi aku meneteskan air mata, sangat terharu. Karena tidak hanya masa depan akhirat kami saja yang menjadi kepedulian beliau , bahkan keberadaan kami di Daruz Zahro beliau sangat peduli dan perhatian melebihi kepedulian dan perhatiannya kepada keluarganya sendiri.
Terima kasih Ya robby ...
Sang Guru dan Guru mulia adalah Anugerah terindah dalam hidup kami , kehadiran mereka merupakan karunia terbesar bagi ummat ini, olehnya kami memiliki berjuta2 alasan untuk mencintaimu dan menjadi pembelamu wahai Sang Guru ...
Hidup & mati kami di jalanmu dan itu merupakan sumpah setia kami kepadamu selamanya wahai Sang Guru ....
Hidup & mati kami di jalanmu dan itu merupakan sumpah setia kami kepadamu selamanya wahai Sang Guru ....
Wallahu A'lam
Mohon Maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata kata yang tidak pantas atau Kurang sopan. sekian dan terimakasih .
Alfaqir - alumni Daruz Zahro"
(sumber: facebook)
Untuk mengenal lebih dekat tentang AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ ini, silahkan klik di sini
(sumber: facebook)
Untuk mengenal lebih dekat tentang AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ ini, silahkan klik di sini
Demikian postingan kami tentang Inilah Sosok "Umar Bakri" yang Sesungguhnya, Sumber Inspirasi yang Tiada Bertepi.
Semoga postingan ini bisa menjadi sumber inspirasi dan sekaligus bermanfaat bagi guru, pendidik, orang tua maupun bagi pembaca semuanya....
Semoga postingan ini bisa menjadi sumber inspirasi dan sekaligus bermanfaat bagi guru, pendidik, orang tua maupun bagi pembaca semuanya....
Untuk lebih mempererat ukhuwwah serta saling berbagi informasi terkait dunia pendidikan, silahkan kunjungi dan gabung grup facebook kami di SINI.
Dan untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan terupdate, silahkan like and share halaman facebook kami di SINI
Dan untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan terupdate, silahkan like and share halaman facebook kami di SINI